Eps 03 (Ayahku Adalah Nahkoda Hidupku) #kilastanya
"Siapapun yang kamu punya saat ini. Dialah orang yang harus kamu bahagiakan"
Kilas : Ketika ada seseorang dengan bangganya menceritakan bapaknya yang masih ada, apa yang kamu lakukan?
X : Ikut seneng sih, tapi ya tetep sedih juga. Biasanya aku ikut cerita kalau ada yang perlu aku ceritain. Niatku bukan gimana-gimana, aku cuma pingin yang masih ada orang tua lengkap tolong tolong banget di hargai, di sayangi, selagi masih mampu buat berbakti. Mereka ga minta apapun yang kamu punya kok, mereka cuma minta hargai dan sayangi mereka. Udah itu aja.
Kilas : Pernah ga sih ada rasa bangga (dalam tanda kutip) ketika orang tuamu dipisahkan dengan maut sementara ada banyak orang tua yang di pisahkan dengan selembar surat gugatan cerai?
X : Bangga (dalam tanda kutip) pake banget, bahkan aku pernah berandai pasanganku kelak juga punya kesabaran besar ketika menghadapi wanita karena bapakku sendiri pun sabar banget ke ibuku, selama ini aku belum pernah melihat bapakku itu ngomong kasar sama ibu. Tapi buat kalian juga yang orang tuanya terpisah bukan karena maut, kalian juga hebat bisa sekuat itu menghadapi kenyataan yang aku sendiri pun belum tentu bisa menghadapinya. Satu lagi, jangan pernah benci kepada bapak dan ibu mu seburuk apapun keadaan mereka.
Kilas : Hal yang paling menyedihkan tentang keluargamu setelah bapak ga ada
X : Banyak banget. Sebenarnya aku sudah muak dengan permasalahan yang sama terus menerus. Tentang uang, uang, dan uang. Aku itu risih ya sebenarnya sama permasalahan keluarga sampai ga akur gara-gara uang.
Kilas : Impian apa yang belum terwujud ketika bapak masih ada?
X : Umroh bareng. Dulu itu beliau pingin banget umroh, sampai pernah ngomong mau jual sawah untuk berangkat umroh. Tapi ya mau gimana lagi, bapak sudah nggak ada. Sekarang tugasku bahagiain ibu dan aku pernah ngomong sama ibu, salah satu aku pingin kerja ke luar kota supaya aku bisa nabung biar kita bisa berangkat umroh bareng. Gitu.
Kilas : Apa hal yang bisa menjadi pelajaran ketika melihat ayah dalam menjani hidupnya?
X : Kerja keras, beliau itu ga pernah ngeluh walaupun aku ngeluh terus anaknya dan beliau itu peduli sama orang lain. Itu si yang aku salutin.
Kilas : Pesan terakhir dari bapak yang masih kamu ingat sampai sekarang
X : Pesan terakhir yang aku ingat pas aku lagi ngerokin bapakku nih, beliau bilang "Sekolah yang bener, hidup yang rukun sama mas sama mbak" . Itu sih yang nempel terus di otak.
Kilas : Pesan untuk pembaca tentang bapak
X : Bapakmu berjuang banyak di belakangmu, tanpa kamu tau usaha apa saja biar kamu mendapat kehidupan layak. Mulai saat ini sayangi beliau, selagi waktumu belum berkurang dengan bapak. Jangan sakiti dengan kata-kata kasarmu. Coba lihat kembali hari ini sudah ngobrol apa saja dengan bapak, sudah melihat senyumannya hari ini? Kalau sudah kamu beruntung. Kalau belum, lakukan sekarang agar tidak menyesal dikemudian hari. Terima kasih untuk seorang bergelar "Bapak, Ayah, Papa. Abi (atau apapun itu)" dimanapun kalian berada, terimakasih atas cinta dan sayang yang telah di curahkan dan perjuangan yang hebat selama ini.
Ayah itu layaknya seorang nahkoda dalam sebuah kapal. Ketika kita naik kapal, kita tenang karena ada nahkoda yang siap siaga mengarahkan dan mengendarai kapalnya dengan aman, memastikan para penumpangnya tetap dalam keadaan baik-baik saja. Saat nahkodanya hilang, kita akan merasa tidak tahu arah. Untuk sebuah pengharapan mencapai titik tenang pun tidak ada. Banyak sekali kekhawatiran yang seharusnya tidak kita rasakan. Tidak ada lagi pedoman yang bisa mengarahkan, tidak ada lagi kekuatan yang bisa menjadi tumpuan.
Disaat ayah masih disamping kita, kita merasa semuanya akan tetap baik-baik saja. Tetapi, disaat kita kehilangan sosok terpenting, cinta pertama hidup kita, pelindung kita, penasihat kita, seorang ayah yang selalu merangkul kita. Disaat itu pula, kita tidak tahu sebuah kapal itu menuju kemana. Disaat itu pula, kita dituntut menjadi sosok yang berkali-kali lipat harus lebih kuat darinya. Dituntut untuk ikhlas ketika hati ini tidak rela untuk melepas. Dituntut harus tetap hidup walau separuh jiwa kita mati. Dituntut tetap tersenyum seberat apapun masalah yang selalu menyambung, tidak ada ujung sampai kita tahu ini rencana Tuhan untuk kita harus tetap bertahan.
"Ayah... Ia hadir di tengah kehidupan, menjadi penenang untuk segala kebisingan"
Sampai Jumpa di next conversation bersama orang-orang yang akan mengisi tulisan di blog ini. Terima Kasih atas waktunya untuk membaca tulisan ini. Semoga harimu menyenangkan selalu dan semanis gula jawa. Sukses!
Nb : Buat yang ingin bercerita apapun masalah dan keluh kesahnya, buat yang ingin membagikan pengalaman bisa menghubungi (email : inikilasisi@gmail.com). Siapa tahu kisahmu menginspirasi orang lain. Semangat!
Komentar
Posting Komentar